Sritex Bangkrut Hingga PHK Ribuan Karyawan, Ekonom: Kesalahan Manajemen Internal

Sritex Bangkrut Hingga PHK Ribuan Karyawan, Ekonom: Kesalahan Manajemen Internal

Pabrik Sritex di Sukoharjo, Jawa Tengah.-Dok. Istimewa-

JAKARTA, DISWAY.ID - Kabar kebangkrutan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) pada awal tahun 2025 ini tidak ayal telah menjadi pukulan berat tidak hanya untuk industri tekstil dalam negeri saja, namun juga untuk sektor industri di Indonesia.

Menurut Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, ada beberapa faktor yang turut berkontribusi terhadap kehancuran perusahaan ini. 

Mulai dari strategi keuangan yang berisiko, tekanan eksternal akibat kebijakan perdagangan, hingga lemahnya dukungan pemerintah dalam menghadapi serbuan impor tekstil murah.

BACA JUGA:MMKSI Sediakan Reward untuk Seluruh Konsumen di Indonesia Melalui Program Referral Mitsubishi Motors

BACA JUGA:Ngerinya Banjir Jakarta, 77 RT Lumpuh Total: Kel. Gedong Jakarta Timur 'Kelelep' 5 Meter!

"Secara internal, kesalahan manajemen dalam mengambil utang menjadi faktor utama yang membuat Sritex rentan," jelas Achmad.

Selain itu, Achmad menambahkan, ekspansi agresif Sritex termasuk pembelian mesin baru, pembukaan pabrik tambahan, dan peningkatan kapasitas produksi, juga dilakukan dengan menggunakan utang berbunga tinggi. 

Hingga ketika pasar tekstil global mengalami penurunan akibat pandemi COVID-19 dan krisis ekonomi pasca-pandemi, Sritex tidak lagi mampu memenuhi kewajibannya kepada kreditur. 

"Hingga 2022, perusahaan ini memiliki total liabilitas sebesar USD 1,6 miliar atau sekitar Rp 25 triliun," ucap Achmad.

BACA JUGA:KPK Ungkap Dugaan Pertemuan Pihak LPEI dengan Direksi PT Petro Energy Sebelum Beri Kredit

BACA JUGA:Rano Karno Tawarkan Relokasi Korban Banjir Lebak Bulus ke Rusun Jagakarsa Bergaya Singapura: Mau Begini Mulu?

Selain beban utang, faktor eksternal seperti serbuan produk impor dari China semakin menekan Sritex.

Diketahui, jumlah impor pakaian jadi dari China ke Indonesia meningkat drastis sejak tahun 2023. Hal ini tentunya mengakibatkan kelebihan pasokan di pasar domestik. 

Tidak hanya itu, data juga menunjukkan bahwa pada kuartal I 2024, terjadi selisih sekitar USD 560,5 juta antara data ekspor garmen China ke Indonesia dan data impor resmi Indonesia dari China.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads