Tarif Impor Andalan Trump, Strategi Keruk Dolar atau Terancam Krisis Ekonomi?
Presiden AS Donald Trump dalam sebuah acaranya.--Jeff Swensen / AFP
JAKARTA, DISWAY.ID– Kebijakan tarif impor tinggi yang menjadi andalan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengguncang dunia.
Melalui unggahan di Truth Social pada 31 Juli 2025, Trump menegaskan penerapan tarif 25 persen untuk India, disertai sanksi tambahan karena hubungan dagang dengan Rusia.
Kebijakan ini, yang diterapkan pada sejumlah mitra dagang utama seperti Kanada, Brasil, India, dan Taiwan, diklaim sebagai senjata untuk "mengeruk dolar" demi kemakmuran Amerika.
BACA JUGA:Drama Pemakzulan Wakil Presiden Sara Duterte Pupus di Senat Filipina
Namun, di balik ambisi besar tersebut, benarkah strategi ini akan membawa kejayaan, atau justru memicu krisis ekonomi global?
Tarif Impor: Senjata Ekonomi Trump
Sejak dilantik kembali sebagai Presiden AS pada 2025, Trump memperkuat pendekatan proteksionismenya dengan memberlakukan tarif impor tinggi.
Dalam unggahannya di Truth Social, Trump menyoroti India sebagai salah satu target utama, dengan alasan tarif India yang tinggi, hambatan perdagangan non-moneter, serta pembelian minyak dan peralatan militer dari Rusia.
"India akan dikenakan tarif 25 persen mulai 1 Agustus, ditambah penalti karena hubungan dengan Rusia. Terima kasih atas perhatian Anda. MAGA!" tulis Trump.
Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya Trump untuk merombak sistem perdagangan global, dengan fokus pada penguatan ekonomi domestik AS.
Menurutnya, tarif impor akan mendorong produksi dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan pada impor.
BACA JUGA:Trump Meradang PM India Modi Mau Kunjungi China untuk Pertama Kalinya dalam 7 Tahun
Selain India, negara-negara seperti Kanada, Brasil, dan Taiwan juga menghadapi tarif serupa, dengan beberapa mendapatkan keringanan namun tetap terbebani bea masuk yang jauh lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Kebijakan Trump ini diyakini dapat memicu efek domino. Tarif ini bisa meningkatkan harga barang di pasar global. Inflasi di AS juga berpotensi merembet, terutama atas kenaikan biaya impor bahan baku.
Kebijakan tarif Trump memicu reaksi keras dari berbagai pihak. Analis utama Moody’s, Mark Zandi, memperingatkan bahwa tarif impor tinggi ini mendorong ekonomi AS menuju penurunan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: