Fikih Peradaban: Agama, Manusia dan Alam

Fikih Peradaban: Agama, Manusia dan Alam

KH Imam Jazuli Lc--

Memang benar, menurut Malik Bennabi, peradaban itu tentang "Turab" (tanah)/materi . Namun, kehilangan moralitas agama sama saja membangun kehidupan material tanpa ruh spiritual-religius. Materialisme, yang tidak ditopang oleh agama dan akhlak, menjadi alasan kehancuran peradaban itu sendiri (Bu'izzat Abdul Qadir, "Musykilah al-Tsaqafah wa al-Hadharah fi al-'Alam al-Islami min Manzhur Malik bin Nabi," dalam Academic Studies on Thought and Civilization, Vol. 8, No. 8, 2013). 

Hemat penulis, fikih peradaban pada dasarnya adalah implementasi nilai-nilai vertikal dan horizontal agama di dalam kehidupan dunia ini. Manusia sebagai "Khalifah fil Ardh" harus menjaga tauhidnya sekaligus berkewajiban memakmurkan kehidupannya. Memakmurkan kehidupan adalah inti Maqashid Syariah, baik yang menyangkut kebutuhan Dharuriyat, Hajiyat, maupun Tahsiniyat. 

Alhasil, fikih peradaban adalah tentang perintah agama terhadap manusia dalam memakmurkan kehidupan di dunia sebagai khalifah (wakil) Tuhan. Agama tetap berada dalam urutan pertama sebagai sumber dan pedoman hidup manusia, khususnya umat muslim. Berbasis ajara agama, peradaban yang bersifat materialistis menjadi bernilai. Peradaban tanpa nilai agama bukan bayangan dalam pikiran umat muslim. Wallahu a’lam bis shawab. (*)

*) Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: