Kampanyekan Gerakan Literasi Nasional, Stafsus Presiden Billy Mambrasar Turun Ke Pedalaman Kalimantan Utara
Staf Khusus Presiden Billy Mambrasar menghadiri kegiatan Borneo Literasi Camp II 2024 yang bertempat di Panggung Budaya Padan Liu’ Burung di Malinau Kaltara-Dok. Staf Khusus Presiden-
MALINAU, DISWAY.ID — Staf Khusus Presiden RI Bidang Inovasi, Pendidikan, dan Daerah Terluar Billy Mambrasar menghadiri kegiatan Borneo Literasi Camp II 2024 yang bertempat di Panggung Budaya Padan Liu’ Burung, Manilau, Kalimantan Utara.
Sebelum didapuk menjadi Staf Khusus Jokowi, Billy telah lama berkomitmen dalam peningkatan pendidikan, terutama di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia, salah satunya melalui Yayasan Kitong Bisa atau Kitong Bisa Foundation Indonesia (KBF Indonesia).
BACA JUGA:Jokowi Ungkap Alasan Kumpulkan TNI dan Polri di IKN
BACA JUGA:Staf Khusus BPIP: Mari Keluar dari Mentalitas Manusia Terjajah
Adapun Borneo Literasi Camp II 2024 membahas berbagai topik penting terkait kondisi pendidikan di tingkat nasional maupun daerah.
Salahtu fokus pada tantangan yang dihadapi serta aksi nyata yang dilakukan untuk meningkatkan literasi di daerah-daerah terpencil.
“Pendidikan literasi merupakan pondasi utama untuk membangun generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan. Saat ini, tingkat literasi di Indonesia terus meningkat, tetapi masih terdapat kesenjangan yang signifikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Tentunya hal ini menjadi keprihatinan dan harus menjadi perhatian kita bersama,,” ujar Billy dalam sesi diskusi.
“Salah satu poin dari Misi Asta Cita Prabowo-Gibran adalah memperkuat pembangunan SDM, sains, teknologi, dan pendidikan. Oleh sebab itu, saya yakin bahwa pemerataan akses pendidikan, khususnya di daerah terpencil, juga akan menjadi fokus pemerintahan Presiden Terpilih Bapak Prabowo Subianto bersama Mas Gibran Rakabuming Raka,” lanjut Billy.
Lebih lanjut, Billy membagikan kisah hidupnya yang mendorongnya untuk meningkatkan taraf kehidupan melalui pendidikan.
“Saya bicara sebagai orang yang lahir dari keluarga susah, jauh dari elit politik atau keluarga konglomerat. Jadi saya bisa relate dengan teman-teman di 3T, karena saya juga mengalami tantangan yang serupa," ungkapnya.
"Bahkan semasa sekolah, listrik di rumah saya di Serui (Papua) masih sangat terbatas. Oleh sebab itu, saya akan terus menjadi yang terdepan dalam hal advokasi pemerataan akses pendidikan untuk menjamin setiap anak mendapatkan kesempatan belajar yang setara,” kata Billy lagi.
Pria asal Papua pertama yang lulus dari Harvard ini juga menekankan bahwa tantangan utama dalam pemerataan pendidikan literasi adalah keterbatasan infrastruktur dan sumber daya manusia di banyak daerah. Namun, ia tetap optimis bahwa aksi nyata melalui program-program kolaboratif seperti Borneo Literasi Camp II ini dapat membawa perubahan positif.
“Program ini bukan sekadar diskusi, tapi sebuah aksi nyata yang bisa diimplementasikan langsung di lapangan,” tambahnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Billy, sebagai pendiri Yayasan Kitong Bisa, atau yang kini di kenal sebagai KBF Indonesia, telah berkontribusi melalui program-program literasi yang fokus pada daerah terpencil sejak tahun 2009.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: