Kesaksian Eks Dokter Jaga IGD RSCM Soal Peristiwa 98: Narasi Pemerkosaan Tak Sesuai Fakta Medis!
Eks Dokter Jaga RSCM dr. Ani Hasibuan, sebut narasi pemerkosaan massal berlebihan-Istimewa-
“Saya ingat beliau menyebut namanya melalui pengeras suara. Suaranya tegas tapi menenangkan. Beliau dan pasukannya membuat kami bisa kembali merasa aman,” ujarnya.
Menyinggung narasi kerusuhan yang diklaim ditujukan kepada kelompok etnis tertentu, Ani menyatakan tidak melihat bukti langsung soal itu.
BACA JUGA:Buntut Kasus Pemerkosaan di RSHS Bandung, Kemenkes Bekukan PPDS Anestesi Sebulan
“Saya berteman baik dengan banyak etnis Tionghoa, dan saya sendiri saat itu juga sempat dihentikan massa di Kalimalang karena penampilan saya, bukan karena etnis. Jadi tidak ada indikasi serangan yang tertarget, apalagi berdasarkan etnis atau agama,” ungkapnya.
Sebagai aktivis mahasiswa FKUI pada masa itu, Ani bahkan menyebut dirinya pernah mengikuti demonstrasi hingga ke DPR bersama ratusan mahasiswa. Namun, lagi-lagi, ia menegaskan peran TNI tidak pernah bersifat represif.
“Kami justru diantar pulang oleh TNI, karena khawatir terjadi kerusuhan malam hari. Mereka menjaga, bukan menekan”, pungkasnya.
Menbud soal Usulan Penulisan Ulang Sejarah
Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan bahwa kasus pemerkosaan yang terjadi pada Mei 1998 tidak akan dihapus dari catatan sejarah Indonesia.
Hal ini disampaikan dalam konferensi pers yang diadakan di acara Festival Gau Maraja Leang-Leang di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis, 3 Juli 2025.
BACA JUGA:Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ala Fadli Zon: Uji Publik Dimulai, Tragedi Mei 1998 Tetap Diakui
BACA JUGA:Saat Fadli Zon Dirujak PDIP Soal Penulisan Ulang Sejarah, Dituding Remehkan Pemerkosaan Massal 1998
Fadli Zon menyampaikan bahwa seluruh penjelasan terkait kasus pemerkosaan pada kerusuhan 1998 telah dipaparkan dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR RI pada Rabu, 2 Juli 2025.
"Tidak ada penghapusan. Jadi kita terus lanjutkan pada program penulisan ulang sejarah," ucap Fadli Zon," tegas Menbud Fadli Zon, dikutip Kamis 4 Juli 2025.
Namun, Fadli Zon juga menjelaskan bahwa proses penulisan ulang sejarah tetap akan dilaksanakan. Penulisan ulang ini, menurutnya, bertujuan untuk menghadirkan narasi sejarah yang lebih komprehensif, akurat, dan berimbang, dengan mempertimbangkan berbagai perspektif dan temuan baru yang mungkin muncul.
"Penulisan ulang sejarah bukan berarti penghapusan fakta, melainkan upaya untuk memperkaya dan melengkapi narasi yang sudah ada. Kami ingin memastikan bahwa generasi mendatang memahami konteks penuh dari peristiwa-peristiwa penting di masa lalu, termasuk tragedi Mei 1998, dengan segala kompleksitasnya," jelasnya.
Ketika ditanya mengenai mengapa penulisan ulang sejarah perlu dilakukan, Mendikbud Fadli Zon menyatakan bahwa seiring berjalannya waktu, seringkali muncul data, kesaksian, atau interpretasi baru yang dapat memberikan gambaran lebih utuh tentang suatu peristiwa.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
